Catatan Penonton Amatir: Pementasan Teater Bunga Penutup Abad 2018
Lima hari pasca pementasan Teater Bunga Penutup Abad dan masih belum bisa move on! karena memang sebagus itu ceritanya, setting panggung, musik, dan akting pemerannya!
Awalnya udah hopeless ga akan bisa nonton karena KEHABISAN TIKET! Yap, perihal tiket memang selalu jadi masalah utama tiap kali mau nonton pentasnya Titimangsa karena antusiasme penontonnya pasti membeludak banget. Ga heran karena castnya selalu aktor-aktor papan atas dan ceritanya?jangan ditanya deh soal cerita dan embel-embel pementasan teaternya karena mereka udah pasti keren banget!
Sebenernya dari jauh hari udah janjian sama pacar buat nonton, tapi apalah mau di kata, sama-sama sibuk sampe lupa penjualan tiketnya mulai tanggal 12 Oktober 2018 dan udah lewat beberapa hari. Ngecek sana sini udah full dan yang tersisa cuma tiket VIP dan VIP (ini sih dompet yang teriak nanti hehe).
Tapi emang dasarnya udah rezeki tahun ini nonton lagi Titimangsa, eh singkat cerita, pacar akhirnya beli tiket punya temennya yang ga jadi berangkat. Alhamdulilah....
Btw, ini teater kedua dari Titimangsa yang saya tonton. Sebelumnya saya nonton Teaternya "Perempuan Perempuan Chairil" (baca https://link.medium.com/pSrQfKlZZR ) dengan cast yang hampir sama dengan Bunga Penutup Abad tahun ini. Entah komposisi pemain yang mutlak atau atas pertimbangan lainnya, susunan pemain pun ga berubah banyak dari pementasan sebelumnya. Mereka yang bermain di Bunga Penutup Abad diantaranya Reza Rardian sebagai Minke, Marsha Thimoty sebagai Nyai Ontosoroh,Chelsea Islan sebagai Annelies Mellema dan Lukman Sardi sebagai Lukman Sardi.
FYI, Bunga Penutup Abad pernah dipentaskan oleh Titimangsa tahun 2016 dan 2017 dengan komposisi pemain yang sama. Yang berbeda di tahun ini adalah Nyai Ontosoroh yang sebelumnya di mainkan oleh Happy Salma, diganti dengan Marsha Thimoty.
Dan bedanya teater Titimangsa kali ini bagi saya adalah saya belum baca buku Tetrologi Pulau Buru dari Pramoedya Ananta Toer; buku Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa yang jadi dasar cerita, jadi bener-bener buta banget tentang alur ceritanya. Beda sama yang tahun lalu, yang kadung penasaran setelah selesai baca Biografinya Chairil baru nonton Teaternya.
Bunga Penutup Abad menceritakan romansa dengan latar masa-masa Penjajahan Belanda.
Diceritakan dengan dengan alur maju-mundur. Awalnya dibuka dengan percakapan Nyai Ontosoroh dan Minke, mereka sedang membaca Surat dari Panji Darma tentang bagaimana keadaan Annelis dalan perjalannya saat dipulangkan ke Belanda.
Kemudian cerita mundur ke bagaimana pertemuan pertama Minke dan Annelis, disisipi juga sama humor dalam percakapannya yang bikin penonton ketawa liat tingkah polos dan ngegemesinnya Annelis.
Cerita berlanjut ke Perjalanan Minke dan Annelis setelah menikah, lalu sampai di konflik inti ketika Annelis harus dipulangkan ke Belanda lalu akhir cerita yang sampe bikin saya nangis!
Apresiasi banget sama musik dan setting panggung, apalagi permainan kain putihnya itu (apasih ini disebutnya?) jadi ada latar grafisnya kadang jadi ombak, bunga-bunga dan pas ending ada cuplikan potret Annelis. Pas bangetlah pokoknya! sayang pas ada teks suratnya di layar ga cukup kebaca buat saya yang duduk di tribun atas. Hiks
Di samping isi cerita, gatau kenapa saya suka tiap kali Reza Rahadian sedang bermonolog. Intonasi dan warna suaranya yang khas selalu pas sama semua tokoh yang ia mainkan. Jangankan tokoh, jadi narator di Film Dokumenter "Banda" aja yang tanpa jalan cerita tapi isi pesan dan emosi tersampaikan jelas.
GIMANA SIH BISA GITUUUU MAS REZA?
dan yang paling saya takjub itu sama Marsha Timothy. Dua tahun belakangan melihat dia sebagai Ida Nasution di pementasan sebelumnya; Perempuan yang berpendidikan, mandiri dan punya pemikiran kritis yang bahkan bikin Chairil selalu kagum, lalu Marsha jadi sosok Marlina; Perempuan yang pemberani, gambaran Feminisime sejati korban perkosaan yang bisa bangkit melawan bahkan ketika regulator tutup mata. Dan sekarang liat Marsha jadi Nyai Ontosoroh.
Sosok yang usia 13 tahun di jual orang tuanya, lalu yang awalnya ‘terpaksa’belajar membaca dsb sampai memimpin perusahaan milik suaminya. Walaupun pada akhirnya tetap dipandang sebagai 'gundik' dan diperlakukan tidak adil karena pribumi.
Gosh! rasanya Marsha Timothy lewat ketiga peran yang ia mainkan tsb berhasil jadi kiblat feminisme versi saya sendiri.
Keseluruhan, bagi saya pribadi Bunga Penutup Abad menjadi pementasan teater Terbaik yang pernah saya tonton! Goodjob, Titimangsa!
*seluruh dokumentasi pemain di panggung diambil dari https://instagram.com/titimangsafoundation